Jika semua berjalan lancar, hari ini, Rabu (18/06), akan menjadi hari bersejarah bagi warga Surabaya dan Indonesia. Pemerintah Kota Surabaya bakal menutup lokalisasi prostitusi yang konon disebut terbesar di Asia Tenggara, yakni lokalisasi Dolly.
Jika semua berjalan lancar, hari ini, Rabu (18/06), akan menjadi hari bersejarah bagi warga Surabaya dan Indonesia. Pemerintah Kota Surabaya bakal menutup lokalisasi prostitusi yang konon disebut terbesar di Asia Tenggara, yakni lokalisasi Dolly.
Dolly adalah lokalisasi prostitusi terakhir yang ada di Kota Pahlawan itu. Sebelumnya, 3 titik lokalisasi sudah ditutup sejak akhir 2013, oleh pemkot Surabaya, yaitu lokalisasi Dupak Bangunsari, Moroseneng, dan Sememi. Walikota Surabya Tri Rismaharini ingin kotanya tidak lagi disebut, Kota seribu PSK. Ia ingin Kota Pahlawan itu menjadi kota dimana Surabaya yang memelihara budaya positif warganya.
“Penutupan Dolly dan Jarak memang diakhirkan karena karakter masalah sosialnya lebih kompleks dari tiga lokalisasi yang ditutup sebelumnya," kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, Selasa (18/06) malam
Di lokalisai ini ada puluhan wisma, ratusan mucikari, dan ribuan pekerja seks komersial. Mereka berdampingan dengan warga setempat di 5 RW, di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan selama puluhan tahun.
Kebijakan penutupan berdasarkan Perda No 9 Tahun 1999 tentang larangan penggunaan bangunan untuk kegiatan prostitusi itu ditolak sebagian besar penghuni Dolly, dan kelompok yang selama ini mendapatkan keuntungan dari bisnis esek-esek di lokasi itu.
Menghadang rencana penutupan itu, Rabu pagi, ribuan PSK lokalisasi Dolly dan Jarak berkumpul dan memblokade akses masuk ke lokasi itu. Massa yang mayoritas perempuan itu berjalan sambil membawa alat dapur seperti wajan, sutil, serok, dan panci menuju ke Jalan Jarak depan posko perlawanan penolakan penutupan lokalisasi.
Bahkan di Jalan Girilaya, massa menggunakan pagar besi dan membuat pagar betis. Dalam aksinya, mereka mengenakan ikat kepala warna hitam yang bertuliskan “Barisan Bintang Merah” serta ada juga yang bertulisan “Tolak Penutupan Lokalisasi”.
Kasat Lantas Polrestabes Surabaya, AKBP Raydian Kokrosono mengungkapkan persimpangan Banyu Urip-Girilaya sejak ada blokade warga dan pekerja lokalisasi yang menolak penutupan masih terpantau aman. “Mereka memang menutup akses Jalan Girilaya. Akan tetapi kita alihkan arus ke jalur lain sehingga kita upayakan lalin tetap lancar," ujar dia.
Raydian mengungkapkan, pihaknya tidak punya kuasa untuk membubarkan blokade jalan oleh pekerja dan warga lokalisasi. Selain minimnya personel, pihaknya juga tetap melakukan upaya pembubaran sesuai tahapan. “Untuk membubarkannya tidak hanya dari lalu lintas, akan kita tunggu dari tim gabungan dan kita ke depankan upaya persuasif," ujar dia.
Akankah upaya penutupan yang dilakukan hari ini, berjalan lancar. Pemkot Surabaya pun telah menyiapkan seremoni deklarasi penutupan Dolly dengan rapi pada Rabu (18/06) malam nanti. Rencananya, Menteri Sosial, Salim Segaf Aldjufri akan hadir sebagai deklarator.
© Copyright 2024, All Rights Reserved