Kemampuan Indonesia dalam mengelola kerukunan dan keberagaman dikagumi dan dijadikan contoh oleh negara lain. Kemampuan tersebut tak lepas dari peran alim ulama dan umat yang menerapkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Pembukaan Halakah Nasional Alim Ulama di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/07).
Jokowi pun menegaskan, pentingnya peran ulama dalam memberikan tuntunan kepada umat. Terutama tuntunan untuk mewujudkan Islam moderat dan santun.
"Tuntunan untuk mewujudkan Islam yang wasathiyah, yang moderat, yang santun dan bukan Islam yang keras, bukan Islam yang radikal. Islam radikal bukan Islamnya Majelis Ulama Indonesia. Islam yang radikal bukan Islamnya bangsa Indonesia," tegas Jokowi.
Presiden berharap, para alim ulama dapat berperan aktif menuntun umat mempererat tali silaturahim, mempererat kerukunan dan bukan hanya kerukunan di antara umat Islam sendiri. "Tapi juga ukhuwah wathaniyah, antar anak-anak bangsa dalam semangat persatuan," katanya.
Dikatakan Jokowi, sudah menjadi kodrat bangsa Indonesia selalu ditantang dalam mengelola keberagaman, dalam mengelola kemajemukan dan dalam mengelola kebhinnekaan.
"Dan dalam kehidupan bernegara kita yang bhineka, kita beruntung memiliki Pancasila, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa. Pancasila yang menjadi panduan kita bersama dalam menjalani langkah, dalam menempuh perjalanan sejarah sebagai sebuah bangsa yang majemuk, bangsa yang beragam," tandas Jokowi.
Acara Halaqah Nasional Alim Ulama yang diadakan oleh Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) ini dihadiri ulama dari berbagai wilayah Indonesia. Halakah ini mengangkat tema "Memperkokoh Landasan Keislaman Nasionalisme Indonesia".
© Copyright 2024, All Rights Reserved