Kongres XIV GP Ansor di Surabaya , 14-17 Januari 2011, menunjukkan politisi parpol lebih berperan dibanding para pengurus wilayah dan cabang selaku peserta. Politik uang dikhawtirkan merontokkan nilai-nilai luhur Ansor.
Kepada pers, Sabtu (15/01), mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengaku cemas dengan perkembangan Ormas pemuda di bawah NU itu.
Dalam pandangan Hasyim, peserta Kongres kurang militansi keansorannya, ditambah penghidupan mereka yang belum mapan, sangat rawan terpengaruh politik uang. Akibatnya, kata dia, para politisi jorjoran `money politics` yang belum tentu untuk membangun Ansor. Mereka hanya berniat menarik massa Ansor untuk kepentingan parpol
Dengan politik uang, pendapat peserta kongres akan lebih ditentukan besaran pendapatan yang mereka peroleh dari masing-masing kandidat. Dengan demikia, urai Hasyim, sukar menggambarkan bagaimana nasib perjuangan nilai-nilai luhur Ansor pascakongres.
Kekhawatiran juga datang dari Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Survei Nusantara (Laksnu) Gugus Joko Waskito. Ia menilai, tampilnya beberapa kandidat ketua umum berlatar belakang parpol menandakan, meminjam istilah KH Hasyim Muzadi, industri politik di Ansor takkan terbendung lagi.
Syaifullah Tamliha, kandidat ketua umum, yang juga politisi PPP mengakui politik uang akan merusak Ansor, bahkan NU. Karena itu, kata dia, ada keinginan sejumlah kandidat untuk berjuang bersama melawan praktik tercela tersebut.
Mereka berjuang untuk menyelamatkan OKP pemuda NU itu. Menurut Syaifullah, yang mereka hadapi, kandidat calon ketua umm Ansor yang menjadikan duit sebagai berhala. "Itu harus dihabisi sebelum besar, karena bahaya bagi NU ke depan."
© Copyright 2024, All Rights Reserved