Pestisida biasa digunakan petani untuk mengendalikan hama. Namun belakangan, maraknya pestisida palsu menimbulkan kekhawatiran. Petani perlu diedukasi agar dapat membedakan pestisida yang asli dan palsu.

Edukasi itulah yang terus dilakukan Croplife Indonesia. Mereka juga melakukan berbagai upaya untuk menyosialisasikan pengetahuan tentang informasi mengenai produk palsu kepada petani.

“Mengatasi maraknya peredaran pestisida palsu bukanlah hal yang mudah. Diperlukan keterlibatan dan kolaborasi lintas kementerian. Kami terus mendorong pihak terkait untuk bersinergi memberantas peredaran pestisida palsu,” kata Executive Director Croplife Indonesia, Agung Kurniawan kepada politikindonesia.com di Jakarta, Rabu (07/03).

Agung meynebut, di lapangan banyak sekali aduan adanya produk pestisida palsu. Paling banyak di daerah Pulau Jawa. Pestisida tersebut beredar dengan komposisi yang tidak sesuai. Dalam beberapa kasus, hal itu dilaporkan ke aparat penegak hukum karena sangat merugikan petani.

“Dalam hal ini, kami juga bekerjasama dengan pihak kepolisian. Kami juga sangat berharap adanya peran swasta membantu kami dalam memerangi beredarnya pestisida palsu. Mereka memiliki sumberdaya yang cukup banyak di daerah dan bisa membantu memberikan informasi dalam penyebaran pestisida palsu tersebut,” terang Agung.

Agung mengatakan, hingga saat ini ditemukan sekitar 10 hingga 20 persen pestisida palsu yan beredar di pasaran. Dan yang sering terindikasi adalah di daerah zona merah atau daerah yang memiliki komoditas pertanian yang cukup besar seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kami juga memiliki hotline number, di mana sering sekali mendapatkan informasi terkait pestisida palsu dan menjadi salah satu perhatian kami agar lintas sektor ini dapat terus bersinergi memerangi pestisida palsu tersebut. Sehingga kami juga berkomitmen untuk mendukung dan mengedepankan penggunaan produk industri yang aman dan bertanggung jawab. Sehingga tersedia pangan yang aman, bervariasi, sehat dan terjangkau bagi para pelanggan,” tutup Agung.