Media massa saat ini telah dijadikan alat politik bagi partai politik (parpol) tertentu untuk menyerang kompetitornya. Banyak media yang tidak berimbang dan hanya memberitakan sisi negatif para tokoh politik tertentu untuk meruntuhkan citra dan elektabilitas partai tersebut. Partai Demokrat adalah salah satu korban perang politik yang menggunakan media sebagai alatnya.

Setidaknya, demikian pendapat yang disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat Nurhayati Ali Assegaf. “Demokrat telah menjadi korban pemberitaan media massa sehingga elektabilitasnya merosot,” ujar Nurhayati kepadapolitikindonesia.com, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/12).

Dikatakan Nurhayati, bagi Demokrat belum saatnya bagi Demokrat untuk ikut berperang melalui media. “Kami akan memulai perang media pada saat waktu kampanye sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum. Karena kami taat asas, jadi belum saatnya kampanye,” ujar dia.

Lebih jauh Nurhayati mengatakan, partainya hingga saat ini belum ingin membuat pencitraan melalui media. ia meyakini upaya itu tidak akan banyak berhasil, karena citra Demokrat yang tengah merosot akibat sejumlah kader partai tersebut terseret berbagai kasus korupsi. “Pencitraan yang kami lakukan selama ini, pasti akan dimentahkan oleh masyarakat karena berbagai kasus korupsi yang menimpa kader partai kami,” ujar Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat ini.

Lebih jauh Nurhayati menerangkan, meskipun banyak parpol yang sudah mulai mempromosikan diri dan tokohnya untuk maju sebagai Calon Presiden 2014, Demokrat belum akan melakukan langkah serupa. Selain dianggap masih terlalu dini, Demokrat juga belum memiliki calon presiden untuk dipromosikan melalui media massa.

“Kami ingin melihat perolehan suara di pemilihan legislatif (Pileg) dulu. Namun pada akhir tahun 2013, Demokrat pasti sudah memiliki Capres untuk bertarung di Pemilu 2014. Nah, saat itu baru kami melakukan promosi melalui media massa," tegas anggota Komisi I DPR ini.

Kepada Elva Setyaningrum, Nurhayati bercerita panjang lebar tentang peran dan dukungan media terhadap Demokrat, serta apa persiapan Demokrat untuk pemenangan Pemilu 2014. Ia juga menyampaikan tanggapan seputar pencopotan Ruhut Sitompul dari DPP Partai Demokrat. Berikut wawancara.

Seperti apa anda melihat dukungan media massa terhadap Demokrat?

Kami menyadari media massa selama ini tidak hanya memberikan dukungan, tetapi juga memberikan kritikan terhadap kinerja partai kami. Dinamika politik dan kritik yang diberikan media massa menjadi bahan evaluasi,introspeksi untuk menambah kesolidan kami. Demokrat menyadari kompetisi akan semakin ketat ke depan mengingat partai-partai lama bersiap untuk berebut kemenangan pada Pemilu mendatang.

Media massa kini dijadikan alat politik bagi partai politik (parpol) tertentu untuk menyerang kompetitornya. Banyak media yang tidak berimbang dan hanya memberitakan sisi negatif para tokoh politik tertentu untuk meruntuhkan citra dan elektabilitas partai tersebut. Partai Demokrat adalah salah satu korban perang politik yang menggunakan media sebagai alatnya

Sejumlah parpol sudah mengkampanyekan calon Presiden mereka untuk 2014 mendatang, mengapa Demokrat belum melakukan hal serupa?

Pemilu masih satu setengah tahun lagi. Kami juga belum mengumumkan siapa yang akan maju ada Pilpres 2014 mendatang. Demokrat hanya akan berkampanye saat masa kampanye nanti. Jadi, Demokrat menilai belum waktunya buat berkampanye dengan menjagokan seseorang. Selain itu, kami juga tidak mau melangkahi aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kalau sekarang kampanye nanti salah lagi, jadi ikuti aturan KPU saja.

Sejumlah survei menyebut elektabilitas Demokrat turun, apa yang dilakukan untuk kembali meraih kemenangan dalam Pemilu 2014?

Kami sudah menyiapkan strategi khusus untuk kembali meraih kemenangan itu. Kami menyiapkan strategi pada 2013, karena tahun itu sudah masuk tahun kampanye. Jadi strategi di fraksi Partai Demokrat merupakan kepanjangan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) untuk mengawal program-program DPP.

Sejak selesai Silatnas (silaturahim nasional), seluruh kader Demokrat diarahkan oleh Dewan Pembina dan Ketua Umum agar merapatkan barisan. Kami akan turun ke masyarakat bersama DPRD tingkat I dan II dan seluruh DPP sampai DPC dan anak ranting. Tujuannya, untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat dan mendengar aspirasi masyarakat bahwa partai ini tumbuh dan berkembang atas dukungan rakyat.

Sejumlah kader Demokrat kini terjerat hukum dalam kasus korupsi, bagaimana tanggapan Anda?

Sejak awal, Demokrat menegaskan menghormati proses hukum. Kita tidak akan melakukan intervensi apapun. Jika ada kader Demokrat yang terjerat kasus hukum, sepenuhnya diserahkan kepada proses hukum yang ada. Silahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyidikan selanjutnya. Kalau ada kader kami yang terlibat, kami tidak akan menghambat aparat hukum melakukan penyelidikan. Demokrat tidak akan melindungi siapapun kadernya yang terjerat korupsi. Kami hanya meminta agar proses hukum itu berjalan secara fair dan adil.

Jadi biarlah KPK yang mengembalikan citra baik Demokrat di mata masyarakat. Sebab dengan belum tuntasnya penanganan kasus tersebut, akan berpengaruh pada pembentukan opini publik. Jadi kasus-kasus tersebut harus diselesaikan secara tuntas dan seterang-terangnya.

Soal konsolidasi internal Demokrat, mengapa masih terkesan ada yang tidak solid?

Secara pribadi, saya mempersilahkan jika ada anggota Fraksi Demokrat di DPR yang membangkang dan tidak mengikuti ketentuan yang telah digariskan partai untuk mengundurkan diri. Kader Demokrat harus punya loyalitas yang kuat terhadap partainya. Kecuali jika kader itu sudah tidak ingin lagi bergabung. Dengan besar hati kami juga akan pertimbangkan jika ia ingin mengundurkan diri. Demokrat memiliki aturan yang kuat dan ketat bagi para kadernya, apabila terbukti menyimpang dari garis partai tentu akan dipecat.

Apa komentar anda soal pencopotan Ruhut Sitompul dari pengurus DPP?

Pergantian pengurus DPP adalah hal yang biasa dalam organisasi. Jangan terlalu dibesar-besarkan lagi oleh media. Partai dan organisasi lain juga melakukan penggantian pengurus. Bahkan, lebih sering terjadi di partai lain. Jadi apa yang diputuskan DPP Demokrat itu adalah hal biasa dan sudah sesuai prosedur. Sebagai kader partai yang loyal, saya sekalipun harus siap dicopot dan diganti.

Akan tetapi sepertinya Ruhut tidak terima dirinya dipecat?

Saya tidak ingin mengomentari orang per orang. Apalagi mengenai tudingan Ruhut bahwa saya dan Anas yang menjadi aktor dibalik pelengseran dirinya sebagai salah satu Ketua DPP Demokrat. Itu tidak benar. Saya anggap itu hanya angin lalu dan tidak perlu ditanggapi serius. Masalah pergantian Ruhut dan sejumlah kasus yang melanda Demokrat pada tahun 2012 ini, kami anggap sudah selesai. Waktu berlalu berganti dengan harapan baru.

Lalu, harapan Anda ke depan?

Bagi saya yang terpenting adalah agar menciptakan Partai Demokrat yang baru. Kita tetap menatap masa depan, karena langit akan tetap membiru. Jadi walaupun diguncang prahara,, kami harus bisa tetap dan lebih solid di tahun 2013. Kami masih cukup puas dengan pencapaian tahun ini. Walau tahun 2012 ini penuh dengan dinamika politik, nasional dan internasional serta kritikan yang diberikan berbagai media massa, kami akan tetap solid. (eva)