Pendidikan Kebencanaan akan menjadi salah satu mata pelajaran di Kota Banda Aceh. Pemerintah daerah merencanakan memasukkannya dalam kurikulum pelajaran SD hingga SMA pada 2011. Pengesahannya, tinggal menunggu Qanun atau peraturan daerah (perda) ditandatangani.
"Sudah dalam proses, dalam pembahasan Qanun. Harus ada Qanun atau perda yang mengaturnya," kata Wakil Wali Kota Banda Aceh Iliza Sa'adudin Jamal usai mengikuti kunjungan Wakil Presiden Boediono ke Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) atau pusat riset tsunami dan mitigasi bencana di Banda Aceh, Senin (06/12).
Tak sampai di situ saja. Pemerintah daerah tak cukup hanya memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum. Menurut Iliza, pihaknya juga akan membentuk sekolah-sekolah siaga bencana.
Iliza menyebutkan, pembelajaran sejak dini mengenai kebencanaan, khususnya tsunami bagi masyarakat Aceh sangat diperlukan. Tujuannya agar risiko bencana dapat ditekan seminimal mungkin.
Masih menurut Iliza, di sejumlah daerah di Aceh, terdapat kearifan lokal berisi pelajaran mengantisipasi bencana. Contohnya, dari Pulau Simeulue, pesisir barat Aceh, yang secara tradisional mengajarkan akan terjadinya gelombang tsunami.
"Yang Smong itu, begitu air surut, mereka naik ke tempat lebih tinggi. Di daerah yang tidak mempunyai pembelajaran dan pengalaman tentang cara mengatasi bencana tsunami, ketika air surut mereka justeru mengambil ikan, sehingga menjadi korban," ucap Iliza.
Wakil Direktur TDMRC M Ridha mengatakan, pendidikan kebencanaan tidak perlu dibuat pelajaran baru. Pendidikan tersebut cukup disertakan dalam pelajaran lama, semisal fisika.
Intinya, ilmu-ilmu kebencanaan itu masuk ke mata pelajaran yang sudah ada. Misalnya fisika. "Kita bercerita tentang gelombang. Di situ dipaparkan bagaimana gelombang tsunami merambat, dan sebagainya."
© Copyright 2024, All Rights Reserved