Konsumen pemilik sepeda motor dan mobil di Yogyakarta kini beralih menggunakan pertamax. Hal ini dikarenakan selisih harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, khususnya pertamax dengan BBM subsidi, yaitu premium yang tak terpaut jauh. Akibatnya permintaan pertamax meningkat hingga 300%.
Pergeseran pola konsumsi premium ke pertamax ini membuat sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Yogyakarta meminta tambahan pertamax dan mengurangi pasokan premium.
"Peralihan pola konsumsi premium ke pertamax diprosentasekan bisa mencapai 200-300%," kata pengelola SPBU di Wonokromo, Jalan Imogiri Timur, Kabupaten Bantul, DIY, Agus Wiyarto, Jumat (05/12).
Menurut Agus, sebelum kenaikan BBM bersubsidi, dalam sehari konsumsi pertamax hanya mencapai sekitar 300 liter. Tetapi saat ini sudah di atas 1.000 liter.
"Biasanya dalam satu pekan kami kirim delivery order (DO) ke Pertamina hanya 4 kiloliter, namun saat ini harus pesan delapan kiloliter. Bahkan lebih, jika permintaan pertamax meningkat," kata Agus.
Permintaan pertamax yang meningkat ini dibarengi penurunan permintaan premium. "Biasanya kami minta 24 kiloliter, sekarang berkurang hanya sekitar 18 kiloliter. Cukup banyak pengurangannya," ujar Agus.
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Setelah kenaikan harga BBM bersubsidi, permintaan Pertamax meningkat.
Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Gunungkidul akan berkoordinasi untuk menambah stok pertamax. ”Kalau untuk hari ini permintaan pertamax dalam sehari mencapai 1.000 liter,” kata Pengawas Lapangan SPBU 4455807 Tegalsari, Siraman, Wonosari, Antok.
Menurut Antok, kenaikan permintaan pertamax mencapai 100% dibandingkan hari biasa sebelum kenaikan harga BBM. “Pada hari biasa akan hanya sekitar 500 liter untuk pertamax,” ujar Antok.
© Copyright 2024, All Rights Reserved