Pendidikan bagi anak jalanan menjadi sebuah masalah yang harus dipecahkan bersama. Tak hanya oleh pemerintah, namun kepedulian sesama juga sangat berperan. Kehidupan, lingkungan serta kurangnya perhatian keluarga membuat banyak dari anak-anak itu yang putus sekolah.
Kondisi pendidikan anak-anak jalanan yang memprihatikankan itu menjadi perhatian khusus Any Kusuma Dewi. Berawal dari kesukaannya mengikuti kegiatan sosial untuk membantu korban bencana alam sejak 7 tahun lalu, Any juga menjadi orang tua asuh bagi sejumlah anak yang putus sekolah.
Tapi, hal itu dirasakannya masih kurang maksimal. Kecintaannya kepada anak-anak, membuat perempuan berusia 36 tahun ini pun kemudian mendirikan Yayasan Tri Kusuma Bangsa. Yayasan ini khusus untuk menolong anak-anak jalanan, gelandangan dan mereka kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan.
Yayasan yang didirikan di kampung halamannya, Blitar, Jawa Timur Februari 2012 lalu. Kini juga membuka kegiatan di Jakarta. Untuk mendukung pendanaan bagi anak-anak putus sekolah itu, selama ini Any merogok kantongnya sendiri.
Tapi, Any juga tidak menutup bagi masyarakat yang ingin memberikan bantuan. Untuk mendukung kegiatan sosial yayasan tersebut, pada Kamis (27/09) besok, ia akan mengadakan charity night bertajuk “Malam Peduli Anak Indonesia.”
Malam penggalangan dana untuk anak-anak putus sekolah ini mendapat dukungan dari teman-teman artis dan model yang menjadi sukarelawan. Tanpa malu, mereka mau terjun langsung menjadi tenaga pengajar di sekolah jalanan. Di antaranya Dhea Mirella, Calina Corbuzer, Cindy Claudia dan Mira Asmara. “Ya mereka hanya jadi bintang tamu saja. Karena mereka sebagai publik figur bisa memberi contoh yang baik, bersama kami di yayasan ini untuk membantu pendidikan anak jalanan.”
Perempuan yang akrab disapa Bunda Any ini mengatakan, sumbangan dari donatur nantinya akan dipertanggung jawabkan secara transparan. “Jadi bukan sekadar menggalang dana dari masyarakat tanpa kontrol penggunaannya. Para donatur harus tahu penyaluran uang yang disumbangkan dengan menjadikan mereka sebagai orangtua asuh,” ujarnya kepada politikindonesia.com di Jakarta, Senin (24/09).
Kepada Elva Setyaningrum, Bunda Any bercerita panjang lebar tentang latar belakangnya terjun ke dunia sosial tersebut. Berikut petikan wawancaranya.
Bisa cerita tentang Yayasan Tri Kusuma Bangsa?
Yayasan ini baru saya dirikan Februari 2012 lalu. Bergerak di bidang kegiatan sosial untuk membantu pendidikan anak-anak jalanan dan gelandangan yang putus sekolah. Saya dirikan di kampung halaman saya di Blitar, Jawa Timur. Sekarang yayasan ini mengembangkan kegiatannya ke Jakarta.
Apa yang mendorong anda mendirikan yayasan sosial ini?
Alasannya sederhana, saya sangat mencintai anak-anak. Lebih dari 5 tahun lalu, saya sudah mulai menjadi orangtua asuh bagi mereka yang tidak mampu. Semua itu berawal dari kampung halaman saya sendiri di Blitar, Jawa Timur. Saya melihat semakin banyak anak-anak kurang mampu di sekitar lingkungan saya yang putus sekolah, padahal mereka sangat ingin untuk bisa bersekolah lagi. Tapi karena keterbatasan ekonomi, mereka harus memupus keinginan itu.
Sedih rasanya ketika melihat kondisi di tempat-tempat kumuh di pinggiran kota Jakarta atau di kampung, Blitar. Di sana, jumlah anak-anak yang putus sekolah karena orangtua mereka tidak mampu membiayainya, sangat banyak. Dengan keterbatasan yang saya miliki, saya berusaha sekuat tenaga untuk membantu mereka kembali bersekolah. Sekolah adalah kunci bagi anak-anak untuk meraih masa depan. Saya mendorong mereka untuk bersemangat kembali untuk meraih cita-cita. Saya merangkul dan menemani mereka sebisa dan semampu saya.
Kalau boleh tahu, sejak kapan anda tertarik dengan aktifitas sosial seperti ini?
Saya senang kegiatan sosial sudah sejak lama. Tapi semakin intens sejak 7 tahun lalu, ketika ikut membantu korban bencana alam. Saya menggelutinya, dan merasa enjoy. Saya merasa ada kebahagian tersendiri bisa membantu meraka yang dirundung kesulitan.
Akhirnya, saya berpikit, mungkin ini adalah panggilan. Saya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dunia sosialita dan pekerjaan saya. Saya kini pun berkonsentrasi pada anak-anak pengemis dan gelandangan itu. Dan, inilah pekerjaan saya saat ini.
Saya pun enjoy melakukannya bersama ketiga anak saya. Mungkin yang saya lakukan tidak besar, tapi bagi saya inilah langkah besar saya untuk membuat hidup lebih bermanfaat.
Apa alasan anda memilih untuk lebih peduli terhadap dunia pendidikan?
Pendidikan itu kunci masa depan bagi seorang anak. Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dalam menopang negara untuk bisa maju dan besar. Dengan pendidikan, negara itu bisa menjadikan masyarakatnya cerdas sehingga bisa melahirkan para cendekiawan handal sebagai tunas harapan bangsa.
Kata lainnya, pendidikan menjadi dasar utama bagi anak-anak agar bisa mewujudkan semua impiannya di masa depan. Mereka bisa meraih peluang dan kesempatan dengan modal ilmu pengetahuan.
Mengapa memilih anak-anak jalanan dan gelandangan?
Saya memang cinta anak-anak. Masa depan mereka itu masih panjang. Tapi tidak semua anak-anak di negeri ini beruntung dan bisa sekolah. Banyak anak-anak Indonesia putus sekolah, sementara mereka yang yatim piatu juga putus harapan. Bahkan tak sedikit anak usia sekolah turun ke jalan, mencari nafkah untuk bisa bertahan hidup. Masa kanak-kanak mereka hilang, seiring hilangnya harapan mereka untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Anak-anak sebagai penerus bangsa harus diselamatkan karena pendidikan kan dibawa sampai mati.
Yayasan Anda memilih menyelenggarakan pendidikan ditempat terbuka, kenapa?
Jujur, pertama karena saya tidak punya tempat yang layak. Saya tidak punya rumah singgah. Disamping itu, saya memang tidak mau mereka keluar dari habitatnya. Kalau saya bawa ke rumah asuh, mereka pasti akan balik lagi ke jalanan, karena mereka merasa memang tempatnya, lingkungan dan pergaulannya ada di situ. Kalau saya ada di sekitar mereka seperti santai, tapi dapat pendidikan.
Selain itu, ibu-ibu mereka juga bisa mengawasi. Kadang, kalau kita bawa ke tempat asuh, ada juga orangtua yang keberatan. Tapi, memiliki rumah singgah dan sekolah adalah salah satu impian terbesar saat ini. Sayangnya itu belum terwujud, kemampuan saya saat ini masih sebatas menyekolahkan mereka.
Apa saja yang diajarkan kepada mereka?
Memberikan pengetahuan tentang calistung (membaca, menulis dan berhitung). Selain itu, kami juga memberikan semua bidang ilmu pendidikan yang ada. Mulai dari matematika, sains, bahasa Inggris, iqro, keterampilan dan menggambar. Mereka juga diajarkan pengetahuan umum dan norma-norma, seperti kesadaran hidup sehat, nilai sosial dan moral di masyarakat. Sehingga mereka mendapat pengetahuan lebih dan mendapat tempat yang layak di masyarakat.
Apa ada kesulitan tersendiri mengajak mereka belajar?
Awalnya kesulitan itu pasti ada. Terutama untuk mengajak mereka konsentrasi belajar. Gangguannya ada saja. Pernah suatu ketika, saya disemprot dan dicaci maki orangtua salah seorang anak jalan. Ia keberatan dengan pelajaran yang diberikan karena dengan belajar anak-nak itu tidak dapat membantu berjualan di jalanan. Sedangkan penghasilan dari berjualan itu sangat mereka butuhkan untuk menyambung hidup.
Mendapat tentangan seperti itu, apa yang anda lakukan?
Awalnya saya bingung dan sempat shock juga. Bahkan, ada rasa takut juga. Jujur, sebelumnya saya tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Tapi, saya coba memahami kehidupan mereka bahwa setiap anak harus bisa membantu orangtuanya bekerja mencari uang untuk menopang kehidupan keluarganya.
Itu adalah tantangan buat kami. Saya menggunakan pendekatan persuasif dengan berbicara pelan-pelan kepada para orangtuanya tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak meraka. Seiring berjalannya waktu, kesadaran itu datang sendiri. Dari awal yang begitu sulit mengajak anak-anak di jalanan dan pengemis untuk bersekolah, lambat laun, justru tanpa diajak, para orangtua sudah semakin sadar dan banyak yang membawa anaknya ke sekolah gratis yang kami adakan setiap akhir pekan di emperan Museum Fatahillah dan Cilincing, Jakarta. Kini mereka ada sekitar 300-an anak yang juga membutuhkan orangtua asuh untuk membiayai pendidikan mereka.
Apa harapan anda terhadap anak-anak tersebut?
Harapan terbesarnya sederhana saja, berikan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Kita semua punya tanggung jawab agar anak-anak di Indonesia ini mendapat pendidikan yang layak. Saya punya motto “Mari bantu anak putus sekolah.”
Masyarakat dari golongan mampu punya tanggung jawab agar tidak ada anak Indonesia yang besar tanpa pendidikan. Jadi, bantulah mereka meraih masa depannya. Kalau mereka tidak sekolah, mereka tidak akan punya masa depan yang baik. Jangan sampai, orangtuanya pemulung dan mereka juga harus jadi pemulung. Ayo, berikan kesempatan mereka untuk memperbaiki kehidupannya.
Semakin banyak orang yang peduli dengan nasib anak-anak itu maka akan semakin banyak pula anak-anak Indonesia yang akan terbantu biaya pendidikan dan terselamatkan masa depannya.
Apa yang anda lakukan untuk mengajak masyarakat lainnya membantu mereka?
Saya mencoba mengetuk pintu hati mereka dengan banyak cara. Salah satunya dengan mengupload foto-foto kegiatan sosial yang saya melalui jejaring sosial. Saya ingin ketika ada yang terpanggil untuk membantu, memang karena panggilan jiwa yang tulus iklas, bukan karena melihat saya secara pribadi.
Semoga ke depan saya makin punya banyak teman yang mempunyai keinginan yang sama yaitu membebaskan anak-anak indonesia dari kebodohan. Masa depan mereka adalah masa depan bangsa dan masa depan kita juga. Luar biasa rasanya kalau kita bisa melihat anak-anak itu bisa tersenyum dan kembali tertawa karena mereka bisa bersekolah lagi. Sebuah kenikmatan dan kebahagiaan yang tidak akan pernah bisa kita ungkapkan dengan kata-kata.
© Copyright 2024, All Rights Reserved