Indonesia kaya akan budaya yang baik dan layak dijadikan tauladan. Pelestarian budaya adalah salah satu poin penting untuk pembangunan karakter bangsa yang di dalamnya mencakup aspek psikologis, sosiologis dan geografis. Salah satu cara pengembangannya adalah melalui pengembangan Desa Budaya.
Demikian disampaikan oleh Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dyah Haryanti dalam pencanganan Budaya Bersih Desa Budaya di Setu Babakan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dyah mengatakan, kegiatan Budaya Bersih Desa Budaya ini merupakan bagian dari program pembentukan karakter bangsa yang di dalamnya mencakup aspek psikologis, sosiologis dan geografis. Dalam program ini, budaya gotong-royong dan kebersihan adalah contoh dari nilai-nilai yang akan dilestarikan.
“Ini adalah salah satu terobosan pemerintah dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat melalui pendekatan yang terintegritasi, sistemik dan menyeluruh,” ujar Dyah kepada politikindonesia.com, Minggu (09/12).
Dipilihnya Setu Babakan sebagai salah satu tujuan Budaya Bersih Desa Budaya, atas pertimbangan desa yang terletak di Jagakarsa, Jakarta Selatan tersebut masih kental dengan budaya Betawi. “Nilai-nilai budaya Indonesia yang bagus dan yang bisa dijadikan pelajaran, seperti mengajarkan bergotong royong adalah salah satu nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak-anak,” paparnya.
Kepada Elva Setyaningrum, Dyah berbicara panjang lebar terkait program Budaya Bersih Desa Budaya ini serta kaitannya dengan pembentukan dan pembangunan karakter bangsa. Berikut wawancaranya.
Apa tujuan pencanangan program Budaya Bersih Desa Budaya?
Program ini digulirkan untuk memancing kesadaran masyarakat di beberapa desa budaya yang ada di Indonesia untuk tetap menjaga kebersihan desanya. Kebersihan itu mencerminkan bagian dari karakter bangsa Indonesia. Selain itu, kebersihan juga penting bagi diri dan lingkungannya serta manfaatnya bagi peningkatan kualitas lingkungan kawasan desa adat dan budaya.
Jadi, bersih itu bisa bermacam-macam. Bisa bersih jiwa, bersih badan dan bersih lingkungan hidup, misalnya membersihkan sungai. Kemudian adanya regulasi yang mengharuskan tiap rumah memiliki pekarangan untuk mengolah sampah. Hal itu juga menjadi bagian gerakan budaya bersih.
Untuk percontohan di Jakarta, mengapa dipilih Setu Babakan?
Hal ini semata-mata hanya mempercepat proses internalisasi nilai budaya di Setu Babakan sebagai bentuk penguatan karakter bangsa. Setu Babakan saat ini sudah banyak dilupakan orang sebagai salah satu pusat kebudayaan Betawi. Setu Babakan saat ini sudah banyak dilupakan orang sebagai salah satu pusat kebudayaan Betawi. Di wilayah ini sekitar 50 persen penduduknya adalah orang asli Betawi. Sehingga kami harapkan, program ini bisa terus melestarikan nilai-nilai budaya Betawi. Respon masyarakat sangat baik. Bahkan, saat proses sosialisasi yang kami lakukan disambut antusias oleh komunitas yang menjalankan program ini.
Selain di Setu Babakan, daerah mana yang juga dicanangkan sebagai Desa Budaya?
Sebelumnya, kegiatan serupa sudah dilaksanakan oleh pemerintah di Lasem dan Laweyan sebagai perkampungan batik di Jawa Tengah, PandeSikek di Sumatera Barat, Sasirangan di Banjarmasin dan Cuci Negeri, Kecamatan Soya di Ambon.
Menurut Anda, apa pentingnya pembentukan karakter bangsa dalam program ini?
Pembentukan karakter bangsa saat ini sanagt penting. Kita merasakan, saat ini sudah terjadi pergeseran nilai-nilai budaya di masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang dulu ditanamkan oleh para orangtua berbeda dengan nilai yang dianut generasi sekarang.
Terkait pembentukan karakter bangsa, tentunya pergeseran nilai ini bisa diantisipasi dengan menggunakan metode pembentukan karakter yang beraneka ragam dan nilainya harus tetap terjaga lestari. Seperti budaya gotong royong. Itu harus tetap dijaga dan dilestarikan, tentunya dengan menyesuaikan perkembangan zaman dan teknologi.
Bagaimana cara membentuk karakter bangsa?
Karakter bangsa itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk, ditumbuhkembangkan dan dibangun secara sadar. Pembangunannya harus berkesinambungan kepada generasi muda sejak dini. Diharapkan, karakter itu akan menjadi jati diri mereka jika dewasa nanti. Pembentukan karakter pada generasi muda dibentuk melalui pendidikan. Sementara itu, yang mengajarkan kepada siswa di sekolah sebagai tunas generasi muda adalah para guru. Dalam melaksanakan pendidikan tersebut para guru harus memahami tentang pembentukan karakter.
Pembentukan karakter juga bisa dibangun melalui komunitas adat yang telah tumbuh sejak dulu di masyarakat Indonesia. Karena komunitas adat dan budaya hingga saat ini masih menjadi panutan atau rujukan sebagian masyarakat dalam hal hubungan sosial, tatakrama dan keluarga. Sisi yang lain dalam pembentukan karakter adalah dengan membangun budaya bersih di desa-desa yang bermukim masyarakat yang melakukan pelestarian budaya.
Mengapa budaya tradisional bangsa ini semakin tergerus?
Ini pengaruh globalisasi. Budaya asing yang masuk ke Indonesia tanpa melalui penyaringan. Sebagian generasi muda menerima tanpa mengindahkan adat ketimuran yang dianut selama ini.
Desa Budaya adalah satu cara untuk mempertahankan budaya tersebut. Dengan program ini, kami ingin adanya nilai-nilai luhur yang ingin dipertahankan. Misalnya dengan kegiatan gotong-royong yang diharapkan bisa terus dilestarikan. Sebenarnya, masih banyak nilai-nilai budaya kita yang bisa dipertahankan dengan mudah. Namun, kalau yang mudah dipertahankan saja diabaikan hanya karena ingin dianggap modern dan nilai-nilai modern itu lebih baik dari budaya kita sudah pasti nilai budaya yang mudah dipertahankan tadi akan hilang dengan sendirinya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved