Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam mengapresiasi pernyataan Romo Franz Magnis Suseno yang secara jujur telah mengakui, bahwa meski dirinya telah mengkritik keras Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ia merasa terkesan karena kemudian tidak mengalami tekanan, ancaman, ataupun pengusiran apapun dari pihak Istana maupun pendukung politik Presiden.
“Pernyataan jujur Romo Magnis Suseno ini saya hargai, dan memang Presiden SBY sudah menyatakan bahwa ia menerima bila kebijakan dan kepemimpinannya dikritik, dicerca, bahkan dihujat, tapi jangan memfitnah,” terang Dipo melalui akun twitternya @dipoalam49, Minggu (05/01) malam.
Pernyataan Dipo ini menanggapi artikel Franz Magnis Suseno berjudul “Demokrasi Lima Menit” yang dimuat Kompas, Kamis (02/01) lalu. Dalam tulisan itu, Romo Magnis mengatakan, bulan Mei lalu ia mengkritik dengan rada keras rencana Appeal of Conscience Foundation di New York untuk memberikan Statesman Award kepada Presiden SBY.
“Yang bagi saya sendiri paling mengesankan adalah bahwa saya kemudian tidak mengalami tekanan, ancaman, ataupun pengusiran apa pun dari pihak istana maupun pendukung politik Presiden. Jadi, kebebasan menyatakan pendapat kritis betul-betul ada,” tulis Romo Magnis dalam artikel tersebut sembari menegaskan, bahwa kebebasan menyatakan pendapat kritis itu betul-betul ada pada pemerintahan sekarang.
“Bandingkan dengan apa yang terjadi dengan mereka yang 30 tahun lalu mengajukan sebuah petisi mengenai hal Pancasila (”Petisi 50”)! Memang, sekarang pun masih terjadi pelanggaran hak-hak asasi manusia—baca laporan-laporan berkala Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)—tetapi pelanggaran-pelanggaran itu dapat, dan jadi, diangkat. Di bawah Soeharto terjadi seribu Kedung Ombo yang hampir semua tak bisa masuk ke ruang publik, sebaliknya sesudah beliau turun takhta, apa pun yang berbau ”Kedung Ombo” akan langsung dikecam,” ujar Romo Magnis.
Dipo menambahkan, bila masih ada kritik yang rada keras itu tersimpan di hati Romo Magnis terhadap Presiden SBY, jaminan kebebasan mengkritik itu memang diniscayakan. “Masa jabatan Presiden SBY tinggal 10 bulan lagi. Bila Romo Magnis mau mengkritik lebih keras lagi, demokrasi kita menjaminnya, tak ada tekanan,” tegas Dipo.
Sebagai pribadi dan sebagai Sekretaris Kabinet, Dipo meyakinkan, bila Romo Magnis mau mengkritik lagi dan mau jumpa 4 mata dengan Presiden, insya Allah akan diterima dengan baik.
“Kritisi mengenai kerukunan agama, bisa Romo Magnis bicarakan dengan Presiden SBY. Namun elok bila diawali dengan niat baik, tanpa menuduh SBY pembohong,” tutur Dipo.
Seskab mengaku sangat mengharapkan perjumpaan dialog lintas-agama itu terjadi karena dulu saat pertemuan dengan tokoh lintas agama, tepatnya 17 Januari 2011, dialog menjadi tertunda setelah perjumpaan dibuka oleh tuduhan bahwa Presiden SBY pembohong.
Seskab percaya sesuai keimanan agama yang Romo Magnis yakini, dan juga keimanan agama yang ia yakini, akan elok bila jumpa berdialog tanpa syak wasangka. “Insya Allah Tuhan memberi kesempatan lagi, demokrasi kita menjamin dialog lintas-agama dalam kebebasan kritik tanpa tekanan yang telah Romo akui,” ujar Dipo mengakhiri tweet-nya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved