Serangan bom bunuh diri yang terjadi di Terminal Kampung Melayu, menunjukkan fakta bahwa personil kepolisian menjadi target utama serangan teror. Serangan dilakukan pada objek sarana umum, karena pelaku teror tersebut berupaya menghindari deteksi intelijen kepolisian.
Demikian disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai meninjau lokasi ledakan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jumat (26/05).
"Sehingga, kejadian di Kampung Melayu ini, memang kita sesalkan. Tetapi, mereka juga sudah belajar cara hindari deteksi intelijen Kepolisian," kata Tito,
Kapolri mengatakan, kelompok terorisme di Indonesia terafiliasi dengan serangkain aksi teror dunia yang dilakukan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Kelompok tersebut dimotori oleh Bahrun Naim yang dikenal sebagai orang Indonesia yang merancang serangkaian aksi terornya di Tanah Air dari negara Suriah.
"Kasus ini bukan kasus lokal, tetapi fenomena global. Karena di tingkat pusat, yaitu Syria, kelompok ini ditekan oleh Rusia maupun Barat. Sehingga, mereka terjadi fenomena yang namanya desentralisasi (teror)," ujarnya.
Kapolri menjelaskan, doktrin yang dipegang oleh kelompok teror ini, yakni mengincar Kepolisian sebagai musuh bersama. Pemahaman tersebut, terang Tito, diyakini adalah doktrin takfiri yang diartikan bahwa kelompok yang tidak sejalan dengan pemikiran kelompoknya dianggap kafir. Anggota Kepolisian dinilai kafir, sehingga harus diperangi, karena sering melakukan penegakan hukum terhadap terorisme.
© Copyright 2024, All Rights Reserved